Sepertinya aku menemukan lagi siapa ‘orang’ yang akan kucintai dan kusayangi...
Ketika kebahagiaannya menjadi afeksi pada kebahagiaanku juga, entah karena apa dan oleh siapa pun itu.
Ketika dukanya turut menyayat; sejauh apapun aku mencoba untuk merasa tidak peduli tapi tetap itu mengiris walau bagian terkecil dari hatiku.
Ketika kebingungan yang melandanya memaksaku untuk turut mencari, ikut andil dalam proses penerangannya.
Ketika hadirnya seakan menyedot ruang berjalan dan yang tertinggal hanya sunyi; bahkan detak jantung sekalipun.
Dan timbulnya ketakutan bahwa dia akan hilang padahal dia bukan merupakan bentukan yang telah lama aku genggam.
Bagaimana bisa kita merasa kehilangan sesuatu yang tidak kita miliki? Seharusnya tidak bisa, ya?
Itu lah mengapa ini berasa sangat ganjil. Bahkan perasaan ini pula yang turut merelakan kelepasannya di balik kontradiksinya yang juga ingin memiliki.
Duniaku jadi berlebihan. Kelebihan warna, kelebihan puisi, kelebihan kegamangan, tapi setidaknya itu yang membuatnya jadi imbang.
Walaupun pengalaman ‘memiliki seorang anak perempuan’ bukan merupakan hal yang baru, tapi untuk merasakan ‘sensasi’ demikian lagi adalah total hal yang asing buatku, yang bahkan belum dikenali dengan baik oleh sistem imun tubuhku.
Tuhan,,aku berterimakasih pada jeda yang Engkau
berikan. Semuanya terasa lebih, berwarna.
Sebelum jeda ini ada, tak ada obrolan panjang yang sehangat ini.
Bahkan kata sayang dan rindu yang semula tak pernah terucap,
(mungkin) .
walau terpisah beratus kilometer, anehnya semua ini
terasa lebih berharga
Tak ada lagi rasa gengsi untuk mengucap rindu, semua yang
semula hanya tersirat, bahkan mungkin membutuhkan keahlian khusus untuk
menemukan luapan rasa itu, sekarang seluruhnya
tersirat dengan jelas, sangat jelas.
Bahkan yang sebelumnya aku memilih untuk menyimpan sendiri master
plan-ku, sekarang aku mau membaginya dengannya walau dengan mata berkaca dan nafas
tersengal.
Kata orang, aku bermimpi terlalu tinggi bila dia akan menyayangiku seperti anak yang pernah melukaiku...
Kamu tau Anggun...?
Jeda antara kita terhubung oleh pelangi, akan terasa berbeda
setiap warnanya
Namun justru perpaduan warna ini terasa lebih……… menyenangkan.
Walau selama setahun mungkin kita hanya menghabiskan waktu
kurang dari empat bulan untuk bersama, namun aku sangat menghargai jeda ini.
Karena jeda ini, aku lebih menghargai waktu bersamamu.
Dan di
waktu yang singkat itu pun terasa lebih indah :))
Anggun Permata anakku...
Boleh aku menyimpanmu dalam toples kaca? Aku ingin menjagamu.
Tidak ingin membuatmu terusik. Karena kamu mudah meredup di luar sana,
dan kamu
mudah meleleh.
Karena kamu mudah luntur, dan kamu mudah terbakar.
Karena kamu
mudah terbang tanpa tau arahmu, dan kamu mudah jatuh.
Karena kamu mudah tergores, dan kamu mudah
pecah.
Karena kamu mudah hanyut, dan kamu mudah kotor.
Karena kamu mudah sakit,
dan kamu mudah hancur.
Karena kamu mudah kelam, dan kamu mudah muram.
Karena kamu terlalu rentan untuk lepas dan bebas.
Dan aku tidak ingin bila suatu
saat kamu kembali membawa ketidakutuhan diri atas kelalaianmu sendiri …
Jangan lagi kau meragukannya..
Kalau kau benar menghendakinya,,,
aku kan ada untukmu sampai waktu ajalku tiba..
for my lovely daughter,,
Anggun Permata
Dan timbulnya ketakutan bahwa dia akan hilang padahal dia bukan merupakan bentukan yang telah lama aku genggam.
Bagaimana bisa kita merasa kehilangan sesuatu yang tidak kita miliki? Seharusnya tidak bisa, ya?
Itu lah mengapa ini berasa sangat ganjil. Bahkan perasaan ini pula yang turut merelakan kelepasannya di balik kontradiksinya yang juga ingin memiliki.
Duniaku jadi berlebihan. Kelebihan warna, kelebihan puisi, kelebihan kegamangan, tapi setidaknya itu yang membuatnya jadi imbang.
Walaupun pengalaman ‘memiliki seorang anak perempuan’ bukan merupakan hal yang baru, tapi untuk merasakan ‘sensasi’ demikian lagi adalah total hal yang asing buatku, yang bahkan belum dikenali dengan baik oleh sistem imun tubuhku.
Tuhan,,aku berterimakasih pada jeda yang Engkau
berikan. Semuanya terasa lebih, berwarna.
Sebelum jeda ini ada, tak ada obrolan panjang yang sehangat ini.
Bahkan kata sayang dan rindu yang semula tak pernah terucap,
(mungkin) .
walau terpisah beratus kilometer, anehnya semua ini
terasa lebih berharga
Tak ada lagi rasa gengsi untuk mengucap rindu, semua yang
semula hanya tersirat, bahkan mungkin membutuhkan keahlian khusus untuk
menemukan luapan rasa itu, sekarang seluruhnya
tersirat dengan jelas, sangat jelas.
Bahkan yang sebelumnya aku memilih untuk menyimpan sendiri master
plan-ku, sekarang aku mau membaginya dengannya walau dengan mata berkaca dan nafas
tersengal.
Kata orang, aku bermimpi terlalu tinggi bila dia akan menyayangiku seperti anak yang pernah melukaiku...
Kamu tau Anggun...?
Jeda antara kita terhubung oleh pelangi, akan terasa berbeda
setiap warnanya
Namun justru perpaduan warna ini terasa lebih……… menyenangkan.
Walau selama setahun mungkin kita hanya menghabiskan waktu
kurang dari empat bulan untuk bersama, namun aku sangat menghargai jeda ini.
Karena jeda ini, aku lebih menghargai waktu bersamamu.
Dan di
waktu yang singkat itu pun terasa lebih indah :))
Anggun Permata anakku...
Boleh aku menyimpanmu dalam toples kaca? Aku ingin menjagamu.
Tidak ingin membuatmu terusik. Karena kamu mudah meredup di luar sana,
dan kamu
mudah meleleh.
Karena kamu mudah luntur, dan kamu mudah terbakar.
Karena kamu
mudah terbang tanpa tau arahmu, dan kamu mudah jatuh.
Karena kamu mudah tergores, dan kamu mudah
pecah.
Karena kamu mudah hanyut, dan kamu mudah kotor.
Karena kamu mudah sakit,
dan kamu mudah hancur.
Karena kamu mudah kelam, dan kamu mudah muram.
Karena kamu terlalu rentan untuk lepas dan bebas.
Dan aku tidak ingin bila suatu
saat kamu kembali membawa ketidakutuhan diri atas kelalaianmu sendiri …
Jangan lagi kau meragukannya..
Kalau kau benar menghendakinya,,,
aku kan ada untukmu sampai waktu ajalku tiba..
for my lovely daughter,,
Anggun Permata
0 comment:
Post a Comment