“Hai, bolehkah kuminta sepuluh menit saja waktumu untukku?”
“Kenapa? Buat apa? Apa sih…?”
“Aku… sibuk nih!”
Yah, itu jawabmu kemarin, lebih tepatnya dulu, beberapa bulan yang lalu. Aku sungguh heran pada diriku sendiri. Bila kemarin aku begitu benci padamu, sekarang aku jatuh dalam kerinduan yang sangat dalam pada candamu, suaramu, ehm.. foto profilmu.
Benar, kau telah berubah, kau ubah fotomu sehingga aku merasa rindu! Maafkan aku, aku hanya manusia biasa yang mudah marah, mudah lelah, mudah putus asa, namun tak jua menemukan apa itu arti bahagia.
Sore ini, aku mencoba memetakan sepuluh menit sisa waktu kerjaku untuk kujadikan sebuah tulisan yang indah. Hemh.. semoga kau tak tahu, atau setidaknya pura-pura tak tahu, walaupun diam-diam kau baca tulisanku.
Ah, sudahlah, semoga besok bisa kulanjutkan lagi sepenggal tulisan ini. Selamat sore cintaku, aku tak tahu apakah aku mencintaimu, dan aku juga tak tahu apakah kau pernah sudi mencintai aku.
Tanggal dua puluh dua adalah tanggal bersejarah bagiku. Saat itu aku benar-benar sendirian dan memasang mode memanjakan diri, aku rehat, aku cuti, hilang dari peredaran dunia kerja dan nyata. Hanya sebentuk kecil percakapan denganmu, seorang yang bernama Aan.
“Hai…”
“Hai… aku besok gak masuk, mo rehat..”
“Kenapa? Sakit?”
“Ehm…”Sebuah pertanyaan yang sepele darimu, namun mampu membuyarkan kesendirianku. Aku terluka, aku tergugah. Berapa lama sudah aku tak pernah mendengar seorang pris menanyakan hal itu kepadaku. Yah, bagimu memang sepele, namun bagiku seperti sebuah kesejukan dan keteduhan
bagiku seperti sebuah kesejukan dan keteduhan yang luar biasa, Aan kau bangunkan elang-ku.
“Ehm
“Ehm .. enggak, aku cuti, mo rehat aja… ntar malam online gak?”
“Biasalah, kalo gak capek ya ol, kenapa?”
“Temani aku yah? Mau? Maksud aku, temani aku ol sampai pukul dua belas malam tepat…”
“He.. he.. ya ngantuk to aku nanti…”
“Sekali ini saja, tolonglah…
”“Ada apa sih?”
“Besok aku berulangtahun…”
“Hah? Selamat yah… eh belum boleh yah aku ucapin sekarang?”
Aan , kaulah yang pertama, setelah beberapa tahun berlalu tanpa ucapan itu, kaulah yang berani memaki dan memaksa aku untuk mengakui bahwa aku ini cengeng, penakut, dan tak berani mengatakan keadaanku yang sesungguhnya,
"Terima kasih Aan , aku merasa sangat berbahagia…”
“Ah ha.. ha.. ha.. Tapi aku khan bukan someone special-mu? Bagaimana mungkin?”
Bagiku kau special An, aku sahabat yang berbeda, kau datang dari masa lalu ku, untuk menyampaikan perubahan besar yang harus aku lakukan. Dan aku merasa tergugah, aku tersindir, aku gelisah, maafkan aku An... aku seperti seorang yang sedang tenggelam dan menantimu yang akan melemparkan pelampung.
indahnya sepi laksana ombak nikmatnya tak tercecap, teduhnya berduyun pergi
sepinya keindahan seperti gurun di senja hari,
dinginnya tak terdekap, hangatnya tak menghidupi.....
Hai, akhirnya kau mau menemaniku. Tahukah kau betapa bahagianya aku saat ini? Cintamu yang dulu beku seperti bongkahan es, kini telah cair. Tiap hari kau hampiri aku, tiap waktu selalu kau sempatkan waktumu untuk mendoakanku. Duh betapa hebat cinta yang kau miliki, yang kini kau tuang untuk jiwaku yang sepi.
“Kau baik-baik saja khan?”
“Ehm ini aku bawakan sesuatu untukmusemoga kamu senang..”
Sekelumit kehangatan yang sangat kusuka! Walaupun dulu pernah pula aku
alaupun dulu pernah pula aku mencicipinya, namun kini aku sangat menikmatinya. Sentuhan lembut kasihmu padaku seperti kain sutera nan lembut, yang menggerogoti kasar hidupku. Aku terharu, aku menangis, namun kau pasti tak akan pernah mendengar tangisku!
Kasihku, di sini akhirnya kita bertemu, taman yang indah dengan rerumputan hijau dan beberapa pohon tinggi yang menaungi. Persis, bahkan bisa aku katakan sangat mirip dengan kejadian waktu itu, saat aku mengkhayalkan diriku dan dirimu bersama dalam sebuah keheningan taman yang sejuk.
Tahukah kau, apa yang aku lamunkan? Ditemani kicauan burung-burung yang menari riang, kau genggam jemariku yang layu, kau hangatkan hidupku yang beku, kau tiupkan nafas semangat dalam langkah-langkahku. Namun itu hanyalah khayalanku, seorang bodoh yang selalu membuatmu jengah dan kelu!
Hemh.. indahnya sore ini, aku sungguh tak mengira kau akan sekangen ini padaku. Aku bahagia, aku gembira, walaupun hanya aku yang bisa merasakan, sedangkan kau hanya bisa menerka-nerka saja, tentang apa yang aku rasakan saat ini.
Terima kasih, bungamu indah, kasihmu teduh, doamu tulus. Semoga sekarang kau tahu, bahwa aku sungguh-seungguh mencintaimu. Jangan bosan menemuiku, karena aku sudah tak mampu lagi membuatmu jengah dan jemu. Cintamu abadi,
cintaku selamanya, mereka terbaring disini, bersama bumi yang memeluk erat tubuhku.
Kesunyian ini indah, karena engkau selalu bersamaku setiap pagi dan sore.. entah sampai kapan, entah sampai kapan, aku harap kau tak pernah bosan membelai nisanku.
“Apalagi yang kau mau?
tak usahlah taburi nisanku dengan bungamu
adalah hal terindah bila kau berlalu
dan membuang semua hal tentang aku
agar indahlah senja di jauh tatap matamu,
tentu saja tanpa hadirku,
yang selalu usik jalan indahmu”
___________________________________
To my Captain Eagle... Yul Brillianto......
Jogya, 22 April - 22 Desember 2011 =======
0 comment:
Post a Comment